Selasa, 02 November 2010

Stimulasi Pendengaran Pada Bayi

Posted by Scherly Oktaviani at 16.41
1. Tahap perkembangan Indera Pendengaran Bayi : 0-2 tahun
Menyaksikan tahap perkembangan pada anak merupakan pengalaman yang menyenangkan orang tua. Perubahan yang sesuai yang terjadi setiap bulannya mengisyaratkan pertumbuhan yang baik pada setiap fungsi organnya. Setiap fungsi organ tersebut akan terus berkembang mencapai kematangan. Begitu juga dengan panca indera mereka. Setiap perkembangan indera yang terjadi harus terus dirangsang perkembangannya oleh kita, termasuk indera pendengaran. Berikut adalah salah satu hal yang dapat menjadi pegangan anda sebagai orang tua dalam mencermati perkembangan indera pendengaran bayi.
Pada Bayi usia 1 bulan:
• Setelah usia satu bulan pendengaran bayi sudah bisa memberikan respons terhadap suara keras bahkan suara lembut sekalipun. Respons bisa dalam bentuk mengedip-ngedipkan mata, mengernyitkan dahi atau mendadak terbangun dari tidurnya, dan sebagainya.
Pada Bayi usia 2 bulan:
• Umumnya bayi akan memberikan respons positif terhadap suara manusia. Mereka menyukai nyanyian dan celotehan orangtuanya. Tepat usia 2 bulan, kebanyakan bayi sudah bisa mengenal suara orangtuanya dan memberikan respons melalui perubahan ekspresi wajah atau gerakan tubuh.
• Kemampuan berbahasa bayi usia 2 bulan adalah menciptakan bunyi-bunyian, seperti aooh dan aaah...

Pada bayi usia 3 bulan:
• Bayi mulai terkejut atau kaget ketika mendengar suara ribut yang tiba-tiba.
• Terganggu atau terbangun dari tidurnya ketika mendengar orang berbicara dengan keras.
• Mulai memperhatikan orang tuanya bicara dan terkadang membalasnya dengan mengoceh “coo” dan “aaah”.
Bayi usia 3-6 bulan:
• Menoleh ke arah suara yang membuatnya tertarik dan mendengarkannya.
• Terbangun ketika ada suara ribut dan orang bicara.
• Meniru suara mereka sendiri.
• Merespon suara ibu.
Bayi usia 6-12 bulan:
• Mulai mengerti arti “jangan ya…” dan sejenisnya, “da da..”, serta mulai tahu sebutan nama mereka.
• Mulai meniru orang berbicara.
• Menikmati mainan yang mengeluarkan suara, bukan dari bentuknya.
Bayi usia 12-18 bulan:
• Mengucapkan kata pertama mereka, seperti “ma ma” ataupun “pa pa”
Bayi 18-24 bulan:
• Secara spontan mulai bernyanyi dan bersenandung.
• Sudah memiliki kurang lebih 20 kosakata.
• Mulai menyusun 2 sampai 3 kata..
2. Cara menstimulasi umum:
Sering-seringlah bayi diajak bicara, bernyanyi, bersenandung, ngobrol. Diperkenalkan dengan berbagai bunyi-bunyian yang ada di sekitar. Jangan bosan. Biarpun anak diam saja, ia menyerap semua stimulus tersebut dan mengolahnya dalam dirinya. Saat fungsi bahasa pada otaknya matang, dia akan mengekspresikannya.
3. Gangguan pendengaran pada bayi
Gangguan pendengaran pada anak perlu dideteksi seawal mungkin mengingat pentingnya peranan fungsi pendengaran dalam proses perkembangan bicara. Fungsi pendengaran dan perkembangan bicara & bahasa sudah termasuk dalam program evaluasi perkembangan anak secara umum yang dilakukan oleh profesi di bidang kesehatan mulai dari tingkatan Posyandu.
Identifikasi gangguan pendengaran pada anak secara awal dengan cara pengamatan reaksi anak terhadap suara atau tes fungsi pendengaran dengan metode dan peralatan yang sederhana, perlu difahami oleh semua profesi di bidang kesehatan yang banyak menghadapi bayi dan anak. Dokter Puskesmas, petugas Posyandu atau bidan di klinik Ibu dan Anak perlu mengetahui cara identifikasi gangguan fungsi pendengaran secara awal dan kondisi klinis yang perlu dicurigai akan mengakibatkan gangguan pendengaran. Untuk membantu program penanganan awal , identifikasi awal gangguan pendengaran dan bagaimana proses perkembangan bicara pada anak perlu ditingkatkan dengan penyuluhan atau seminar kepada para orang tua .
a. Deteksi dini respon anak terhadap rangsangan suara
• Kecurigaan orang tua akan masalah gangguan pendengaran pada anaknya. Kalau ada kecurigaan, dalam kondisi dan situasi yang bagaimana . Apakah anak ada respons terhadap suara tertentu saja ,tetapi tidak ada respons terhadap suara yang lain. Bagaimana kekerasan suaranya ? Bagaimana kondisi dan situasi saat pengamatan berlangsung. Sepi / ramai. Apakah dibantu input visual atau organ sensorik yang lain
• Usia 0-4 bulan : Apakah bayi kaget kalau mendengar suara yang sangat keras ? Apakah bayi yang sedang tidur terbangun kalau mendengar suara keras ?
• Usia 4-7 bulan : usia 4 bulan apakah anak mulai mampu menoleh kearah datangnya suara diluar lapangan pandang mata ? Apakah anak mulai mengoceh di usia 5-7 bulan Sebelum usia 7 bulan apakah anak mampu menoleh langsung ke arah sumber suara diluar lapangan pandang mata ?
• Usia 7-9 bulan. Apakah anak mampu mengeluarkan suara dengan nada yang naik –turun atau monoton saja ?
• Usia 9-13 bulan. Apakah anak menoleh bila ada suara dibelakangnya ? Apakah anak mampu menirukan beberapa jenis suara ? Apakah anak sudah mampu mengucapkan suara konsonan seperti ‘beh’, ‘geh’ , ‘deh’, ‘ma’
• Usia 13-24 bulan. Apakah dia mendengar bila namanya dipanggil dari ruangan lain ? Apakah anak memberikan respons dengan bervokalisasi atau bahkan datang kepada anda ? Kata-kata apa saja yang mampu diucapkan ? Apakah kwalitas suara dan cara pengucapannya normal ? Berikan contoh!
b. Gejala anak dengan kemungkinan mengalami gangguan pendengaran
• Kurang responsif terhadap suara – suara yang ada disekitarnya : vacuum cleaner, klakson mobil, petir.
• Anak kelihatannya kurang perhatian terhadap apa yang terjadi disekitarnya, kecuali yang bisa dinikmati dengan melihat. Anak tidak mudah tertarik dengan pembicaraan atau suara-suara yang ada disekelilingnya
• Cenderung berusaha melihat muka lawan bicara dengan tujuan mencari petunjuk dari gerak bibir dan ekspresi muka guna mendapat informasi tambahan apa yang diucapkan . Anak kurang responsif apabila diajak bicara tanpa diberi kesempatan melihat muka lawan bicara
• Sering minta kata-kata diulang lagi
• Jawaban yang salah dengan pertanyaan atau perintah sederhana
• Kesulitan menangkap huruf mati/ konsonan
• Anak hanya memberikan respons terhadap suara tertentu atau dengan kekerasan tertentu
• Anak memberikan respons yang tidak konsisten pada waktu yang berbeda. kemungkinan mengalami gangguan pendengaran yang hilang timbul sebagai akibat otitis media serosa. Orang tua sering menganggap karena anak ‘cuek’ atau ‘bandel’, hanya memberikan respons kalau anak sedang mau saja
• Kesulitan menangkap pembicaraan didalam ruangan yang ramai. Anak dengan gangguan pendengaran ringan atau sedang masih mampu menangkap pembicaraan dilingkungan yang ribut seperti di kelas atau dirumah dengan suara-suara TV yang cukup mengganggu. Anak dengan pendengaran yang normal mempunyai kemampuan mengatasi kesulitan di lingkungan mendengar yang sulit
• Ucapan anak yang sulit dimengerti merupakan salah satu kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Hal ini disebabkan anak tidak mampu menangkap semua elemen pembicaraan dengan jelas sehingga anak akan mengalami kesulitan meniru ucapan dengan betul dan baik. Anak juga akan mengalami gangguan pola berbicara yang sering rancu dengan masalah intelegensinya
• Bicara anak lemah atau bahkan terlalu keras. Hal ini menunjukkan bahwa anak tidak mendengar suaranya sendiri. Anak yang bicaranya pelan kemungkinan mengalami tuli konduktif karena anak dapat menangkap suaranya sendiri melalui jalur hantaran tulang sekalipun hantaran udaranya mengalami gangguan. Anak dengan tuli sensorineural akan berbicara lebih keras supaya bisa menangkap suaranya sendiri
• Kemampuan berbicara dan pemahaman kata-kata terbatas. Anak dengan gangguan pendengaran akan mengalami penurunan kemampuan mendengar dan memahami arti kata-kata sehingga menghambat proses perkembangan bicara
4. Tes daya dengar pada bayi secara manual
Tanpa pendengaran yang baik, anak tidak dapat belajar berbicara dengan baik. Karena itu,penting sekali mengetahui kemampuan daya dengar sedini mungkin pada masa kanak-kanak.

Kegunaan tes daya dengar:
Jika gangguan pada daya dengar anak dapat diketahui secara dini, berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan menigkatkan kemampuan berbicara pada anak.
Cara melakukan tes daya dengar:
Tes daya dengar ini menggunakan pertanyaan-peranyaan yang dipilih sesuai dengan umur anak.
Jawaban yang sesuai dengan hasil tes itu yaitu:
Ya : anak dapat melakukannnya dulu maupun sekarang
Tidak : anak tidak dapat melakukannya dulu maupun sekarang atau kita tidak yakin bahwa anak dapat melakukan hal tersebut.
Cara menilai:
Tuliskan hasil tes daya dengar pada kartu data tumbuh kembnag anak.
Jawaban ya berarti tidak ditemukan adanya kelainan pada daya dengar anak (kode N).
Jawaban tidak berarti ada gangguan pada daya dengar anak (kode TN).

Tes Daya Dengar pada anak sesuai dengan kelompok umur:
• Umur kurang dari 6 bulan
1. Pada waktu bayi tidur kemudian kita berbicara atau membuat kegaduhan, apakah bayi akan bergerak atau terbangun dari tidurnya?
2. Pada waktu bayi terlentang dan kita duduk di dekat kepalanya, kemudian kita menepuk tangan keras-keras. Apakah bayi terkejut atau mengerdipkan matanya atau menegangkan tubuh sambil mengangkat kaki tangannya ke atas?
3. Apabila ada suara yang nyaring, misal suara batuk, salak anjing, piring jatuh ke lantai,dll. Apakah bayi akan terkejut atau terlompat?

• Umur lebih dari 6 bulan
1. Pada waktu bayi tidur, kemudian kita berbicara atau membuat kegaduhan, apakah bayi akan bergerak atau terbangun dari tidurnya?
2. Pada waktu bayi terlentang dan kita duduk di dekat kepalanya, kemudian kita menepuk tangan keras-keras. Apakah bayi terkejut atau mengerdipkan matanya atau menegangkan tubuh sambil mengangkat kaki tangannya ke atas?
3. Apabila ada suara yang nyaring, misal suara batuk, salak anjing, piring jatuh ke lantai,dll. Apakah bayi akan terkejut atau terlompat?
4. Kita berada disisi yang tidak terlihat oleh bayi, sebutlah namanya atau bunyikan sesuatu. Apakah bayi memalingkan kepala mencari sumber suara?

• Umur lebih dari 9 bulan
1. Pada waktu bayi tidur, kemudian kita berbicara atau membuat kegaduhan, apakah bayi akan bergerak atau terbangun dari tidurnya?
2. Pada waktu bayi terlentang dan kita duduk di dekat kepalanya, kemudian kita menepuk tangan keras-keras. Apakah bayi terkejut atau mengerdipkan matanya atau menegangkan tubuh sambil mengangkat kaki tangannya ke atas?
3. Apabila ada suara yang nyaring, misal suara batuk, salak anjing, piring jatuh ke lantai,dll. Apakah bayi akan terkejut atau terlompat?
4. Kita berada disamping atau belakangnya, disisi yang tidak terlihat oleh bayi, sebutlah namanya atau bunyikan sesuatu. Apakah bayi langsung memalingkan kepala mencari sumber suara tersebut disamping atau belakangnya.

• Umur lebih dari 12 bulan
1. Pada waktu bayi tidur, kemudian kita berbicara atau membuat kegaduhan, apakah bayi akan bergerak atau terbangun dari tidurnya?
2. Pada waktu bayi terlentang dan kita duduk di dekat kepalanya, kemudian kita menepuk tangan keras-keras. Apakah bayi terkejut atau mengerdipkan matanya atau menegangkan tubuh sambil mengangkat kaki tangannya ke atas?
3. Apabila ada suara yang nyaring, misal suara batuk, salak anjing, piring jatuh ke lantai,dll. Apakah bayi akan terkejut atau terlompat?
4. Tanpa terlihat oleh anak, buatlah suara yang menarik perhatiannya atau bercakap-cakaplah kita, apakah anak langsung mengetahui posisi kita sebagai sumber suara yang berpindah-pindah?
5. Ucapakan kata-kata yang mudah dan sederhana, dapatkah anak menirukan kata-kata tersebut?

• Umur lebih dari 24 bulan
1. Tanpa melihat gerakan bibir, tanyakan pada anak: “mana matamu?, mana kakimu?”. Apakah anak menunjukkan mata dan kakinya dengan berar?
2. Sediakan buku bergambar. Tanpa melihat gerakan bibir, tanyakan pada anak:”mana gambar kucing(anjing, kuda, orang)?”. Dapatkah anak menunjukkan gambar tersebut dengan benar?
3. Tanpa melihat gerakan bibir kita, perintahkan pada anak untuk mengerjakan:”berikan boneka itu kepada ibu”,”taruh balok-balok ini di atas meja atau kursi”. Dapatkah anak mengerjakan perintah tersebut dengan benar?

• Umur lebih dari 36 bulan
1. Perlihatkan benda-benda yang ada disekeliling anak seperti sendok, cangkir, bola, bunga, dsb. Suruh anak menyebutkan nama benda-benda yang kita perlihatkan. Dapatkah anak menyebutkan nama benda-benda tersebut dengan benar?
2. Suruh anak duduk dan kita duduk dalam jarak 3 meter di depannya. Mintalah anak mengulangi angka-angka yang telah kita ucapkan:”satu, lima”, atau menirukan dengan menggunakan jari tangannya. Kemudian tutup mulut kita dengan tangan, ucapkan empat angka yang berlainan. Dapatkah anak mengulangi atau menirukan ucapan kita tadi dengan menggunakan jari tangannya?

Pertanyaan-pertanyaan tes dijawab dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”.
5. Tes gangguan pendengaran pada bayi
Ada banyak cara untuk mendeteksi ganguan pendengaran anak yang di pakai dalam ilmu kedokteran, diantaranya:
a. BOA non conditioning
Tehnik BOA sudah lama dikembangkan untuk evaluasi pendengaran anak-anak usia < 18 bulan, sejak belum tersedia alat-alat elektrofisiologik Tehnik yang non conditioning tidak menggunakan re-inforcer, hanya berdasarkan pada hasil observasi reaksi perilaku anak terhadap rangsang bunyi. Tidak ada ketentuan yang khusus mengenai penilaian reaksi bayi terhadap rangsang suara.
Metode sederhana yang selama ini dilakukan untuk screening pendengaran pada neonatus dengan mengamati refleks Moro atau refleks startle . Prosedur tes dapat dilakukan dengan stimulasi suara pada waktu bayi sedang tidur didalam box/tempat tidur bayi di ruangan yang sunyi. Sebaiknya tanpa selimut sehingga gerakan-gerakan anggota tubuhnya dapat diamati lebih jelas 3
Tidak ada definisi yang khusus mengenai reaksi bayi terhadap suara. Respons bayi terhadap stimulus suara yang selama ini dipakai adalah berupa respons motorik gerakan berupa sentakan tangan atau kaki, tangan terangkat kesamping, jari-jari tangan mengembang, kaki terangkat dan kepala tergerak ke arah belakang . Pada bayi dengan pendengaran normal, refleks startle timbul pada intensitas yang agak tinggi yaitu sekitar 85 dB SPL. Dengan intensitas yang lebih tinggi : 105-115 dB SPL dapat menimbulkan refleks auro-palpebral berupa kedipan mata atau mata lebih terpejam pada saat mata tertutup sebagai respons terhadap stimulus suara 11,12
Respons perilaku non conditioning lain yang bisa diamati adalah perubahan ritme gerakan-gerakan tertentu yang sedang dilakukan anak pada saat pemberian stimulus bunyi. Misalnya pada bayi saat menghisap susu , tiba-tiba berhenti atau sebaliknya justru frekuensi menghisapnya menjadi lebih cepat
Pengamatan respons pada tes BOA perlu dipertimbangkan perkembangan anak secara keseluruhan baik dari segi kepekaan menangkap suara dan perkembangan motoriknya.
b. Tes ewing
Ewing dan Ewing 1947 14, pertama kali melakukan tes pendengaran pada bayi dengan menggunakan noise makers yang dibagi menjadi 3 kriteria : kriteria distraksi, kooperatif dan kriteria respons. Ternyata pemberian signal frekuensi 4000 Hz lebih mudah menimbulkan respons dan kemampuan melokalisasi arah suara lebih baik setelah usia 6 bulan 15 .
Tes Ewing, merupakan tes distraksi dengan mengamati respons anak berupa menolehnya kepala tanpaconditioning dengan menggunakan 6 jenis stimulus yang diberikan pada jarak 1 m di belakang anak 14
 Bunyi : “ psss-psss “ untuk menggambarkan suara frekuensi tinggi
 Suara frekuensi rendah : “ uuh- uuh ”
 Suara sendok dan cangkir ( white noise )
 Suara remasan kertas ( frekuensi 6000 Hz )
 Suara bel (frekuensi puncak 2000 Hz )
 Mainan ‘giring-giring’ ( frekuensi puncak 4000 Hz )
c. BOA dengan conditioning
BOA dengan conditioning : VRA, TROCA, VROCA merupakan prosedur tes pendengaran anak dengan menggunakan re-inforcer untuk meningkatkan respons dan lebih memotivasi anak memberikan reaksi terhadap stimulus bunyi. Karakteristik re-inforcer adalah pengalaman sensorik yang menyenangkan atau aktivitas permainan yang diberikan dalam waktu yang pendek.
 Visual Reinforcement Audiometry ( VRA)
VRA merupakan tes pendengaran yang sangat bermakna apabila dilakukan oleh audiologis yang terlatih dan berpengalaman. 10 . Prinsip VRA adalah menilai berpalingnya kepala anak terhadap stimulus suara denganconditioning. Untuk re-inforcer dapat menggunakan lampu berkedip-kedip, mainan yang di beri iluminasi lampu atau manual dengan menggunakan sarung tangan berbentuk boneka. 15. Selain itu dapat juga cara dengan memberikan sanjungan misalnya dengan acungan jempol, tepuk tangan atau menelus tangan/pipi ( pengalaman dengan elusan pipi sangat bermanfaat pada kasus dengan kelainan ganda ) yang membuat anak senang bahwa dia sudah melakukan tugasnya dengan baik. Fungsi pendengaran anak usia 1-3 tahun dapat dinilai dengan metode VRA dengan hasil yang sangat bermakna apabila dilakukan oleh pemeriksa yang terlatih dan berpengalaman 10 .
Ruang tes VRA menggunakan ruang yang cukup luas sehingga dapat menampung sekitar 3 – 4 orang yang terdiri dari pemeriksa yang melakukan distraksi, anak dan orang tua yang mendampingi anak selama tes, ruang untuk penempatan re-inforcer berikut alat pengeras suara.
Prinsip dasar tes VRA adalah reinforce respons behavioral ( gerakan menolehnya kepala terhadap suara dengan frekuensi spesifik disertai upah/hadiah/penghargaan secara visual dengan mainan atau lampu yang berkedip. Anak diusahakan tertarik ke arah bunyi dengan memberikan reinforce secara visual apabila anak menoleh ke arah sumber bunyi. Frekuensi dan intensitas diubah-ubah untuk mendapatkan ambang pada beberapa frekuensi. Gerakan kepala anak menoleh ke arah sumber bunyi dikenal dengan refleks orientasi. Apabila bunyi diberikan berulang kali refleks orientasi akan mengalami habituasi yang membuat anak kurang memberikan respons . Diperlukan selingan tes dengan memberikan stimulus bunyi dari mainan-mainan yang menarik untuk merangsang anak menoleh ke arah sumber bunyi. Hubungan antara stimulus visual dan bunyi juga akan menimbulkan refleks orientasi. Apabila anak cukup tertarik akan stimulus visual dan anak mampu menghubungkan antara stimulus bunyi dan stimulus visual maka terjadi mekanisme conditioning 17,18. Anak akan menoleh ke arah sumber bunyi dengan tujuan melihat stimulus visual yang merupakan prinsip VRA : suara membuat kepala menoleh ke arah suara yang kemudian di reinforce dengan stimulus visual. Stimulus visual tidak selalu menarik perhatian anak-anak. Pada anak yang usianya lebih besar dapat dengan cara memberikan sanjungan setiap kali anak memberikan respons misalnya dengan acungan jempol, tepuk tangan atau menelus tangan/pipi. Pengalaman dalam klinik audiologi pediatri, metode sanjungan dengan elusan dipipi sangat bermanfaat pada kasus dengan kelainan ganda yang membuat anak merasa senang bahwa dia sudah melakukan tugasnya dengan benar.
 Prosedur TROCA dan VROCA
Tangible Reinforcement Operant Conditioning Audiometry / TROCA dan Variant Reinforcement Operant Conditioning Audiometry /VROCA merupakan prosedur tes pendengaran untuk anak-anak usia 24 – 36 bulan 15,16 . Prinsip dasar TROCA dan VROCA , anak harus menekan tombol setiap kali mendengar rangsang bunyi.Reinforcement yang dipakai apabila anak memberikan respon dengan benar menggunakan obyek nyata misalnya kismis atau cereal bergula yang diatur unit TROCA apabila respons yang diberikan benar anak akan menekan tombol dan kismis akan keluar dari dispenser yang sudah tersedia 16 ( J.Gravel ). Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah beralih dapat dipakai metode tangible reinforcement operant conditioning audiometry / TROCA. Anak pada umumnya lebih memberikan respons dengan metode TROCA dan dengan tersedianyaalternate conditioning technique seperti TROCA memungkinkan pengembangan metode tes untuk menilai ambang speech dan ambang hantaran tulang 19 . Anak- anak pada umumnya lebih menyukai metode tes tanpa pakai headphone . Seperti halnya tes pengamatan perilaku / BOA pada umumnya, keberhasilan metode TROCA tergantung pada paradigma conditioning 16 .

Baca Juga...^^Related Post



0 comments:

Posting Komentar

Tukar link yukk...

 

❤✿ CheeliCious ✿❀ Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare