Selasa, 02 November 2010

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN KEBIDANAN

Posted by Scherly Oktaviani at 16.41
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN KEBIDANAN TERHADAP IBU NIFAS

Nifas atau puerperium adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang berlangsung enam sampai delapan minggu.
Indonesia yang terkenal dengan ragam budayanya memiliki bermacam-macam cara dalam menjalani masa nifas ini. Bermacam budaya dan tata cara yang di turunkan dari nenek moyang mereka. Hal ini menjadi kebiasaan yang cukup solid dengan kehidupan masyarakat. Terutama pada masyarakat pedesaan.
Berbagai hal dari yang biasa-biasa saja, sampai yang tidak masuk akal sering sekali mereka lakukan. Sewajarnyalah tenaga medis terutama bidan melakukan pengkajian terhadap hal ini. Apakah tindakan atau kebudayaan yang dilakukan ibu itu berbahaya, mengganggu, ataupun menguntungkan. Supaya nantinya dapat mengubah dan mengarahkan pola pikir yang kuno itu menjadi modren dengan pembaharuan kesehatan. Tentunya demi kesehatan ibu dan anak.

Berikut beberapa kebiasaan dan tradisi dari daerah PANDAI SIKEK dari zaman nenek moyang yang di lakukan pada saat nifas. Walaupun dari tahun ke tahun budaya ini sudah mulai hilang, seiring dengan perkembangan zaman. Antara lain :

Biasanya orang-orang dahulu melahirkan dengan dukun beranak. Jadi semua hal tentang nifas dikerjakan berdasarkan anjuran dukun. Persis setelah melahirkan ibu dibuatkan gelang dengan Benang Tujuh Ragam, dan di pasang selama 40 hari pada pergelangan tangannya. Setelah itu baru boleh dibuka.
Hal ini hanyalah tradisi belaka.

Ibu mandi walladah untuk membersihkan diri, sesuai dengan ajaran islam.
Hal ini memang benar dan sesuai dengan fakta dan keberlakuannya di masyarakat.

Pada hari ke 3 setelah melahirkan ibu diurut oleh dukun. Hal ini biasanya disebut dengan ”Bacawek”, dengan menggunakan minyak.
Tujuannya untuk menaikkan perut (biar tidak jatuh).
Mengenai hal ini ada persamaan tujuan dengan konsep kebidanan, dalam hal pemulihan kembali otot-otot perut. Tapi berbeda dari segi cara.

Dukun diberi ”Saripati” sebagai syarat kelancaran nifasnya. Saripati itu berupa beras dan uang (dahulu senilai Rp.3000).
Sebenarnya ini tak mempunyai tujuan medis sama sekali. Tak ada hubungan medis antara membayar dukun dengan kelancaran nifas. Mungkin ini hanyalah sebagai tanda/upah balas jasa atas pertolongan dukun tersebut. Tapi diartikan lain.

Selama 3 hari berturut-turut sejak awal nifas ibu ”Disembur” dengan kunyahan kunyit, bawang putih, merica hitam, merica putih, dan jariangau pada bagian keningnya. Sebaiknya ini dilakukan oleh suami.
Hal ini juga tidak memiliki landasan sama sekali. Pada kenyataannya tampa hal ini juga tidak terjadi apa-apa. Cuma kepercayaan belaka.

Hari ke 15 nifas, diadakan acara turun mandi untuk anak, yang kemudian diikuti dengan ”Bacawek/berurut ” lagi. Juga dengan memberi saripatinya.
Tujuannya juga untuk mengembalikan keadaan otot-otot perut seperti sediakala.

Selama nifas ibu harus memakai stagen panjang untuk dililitkan diperutnya. Kira-kira berukuran 4 m (dimulai setelah hari ke 3 ).
Faktanya hal ini mungkin untuk mengencangkan otot perut biar tidak jatuh. Seperti keterangan sebelumnya.

Jika duduk ibu harus dengan posisi bersimpuh. Dilarang keras untuk mengangkang, karna akan mengakibatkan perut jatuh atau lepas.
Medisnya hal ini bermanfaat untuk penjagaan jahitan pada genitalia, penjagaan otot perut dan rahim. Juga untuk kesopanan.

Ibu tidak boleh bekerja berat selama nifas. Terutama tidak boleh mengangkat barang yang berat-berat.
Hal ini mengingat kondisi ibu yang masih lemah.

Jika ibu bepergian selama nifas, maka harus membawa bawang putih atau gunting kecil, ntuk penangkal mahluk halus. Dan menjaga air susu ibu dari gangguannya.
Faktanya hal ini hanyalah kepercayaan saja. Sama sekali tak ada hubungan antara ASI dengan gunting ataupun bawang. Tapi hal mistis juga atak dapat dipungkiri dalam kehidupan.

Sesekali ibu berkelumun di bawah kain dengan asap rebusan air kunyit. Untuk menghilangkan bau badan atau aroma tidak sedap.
Hal ini sama fungsi dengan penguapan. Dengan berkelumun seperti itu kemungkinan bau kunyit itu melengket lebih besar. Semata untuk menghilangkan bau amis darah ibu nifas.

Ibu harus memakai sarung selama nifas.
Tradisi kampung dan untuk kesopanan.

Ibu tidak boleh keluar rumah pada saat magrib. Untuk menjaga ibu dan ASInya.
Faktanya tidak ada alasan medis. Tapi hanyalah hal tabu saja.

Selama ibu menyusui dalam masa nifas (40 hari), anak harus dialas atau disambut dengan bantal. Supaya bau atau kotoran dari ibu tidak pindah pada anak.
Tidak ada hubungannya antara bantal dengan pemindahan bau. Tapi mungkin hal itu ditujukan untuk menjaga keamanan anak. Dengan disambut pakai bantal itu kemungkinan benturan sangatlah kecil.

Ibu dan bayi tidur di luar kamar dengan membentang kasur.
Hal ini hanyalah tradisi saja. Juga menghindarkan kemungkinan hubungan suami istri. Karna ibu tak sekamar dengan suaminya.

Sangat dilarang untuk melakukan hubungan suami istri selama masa nifas.
Hal ini memiliki landasan medis dan agama.

Dilarang menjahit selama nifas. Karna nantinya ibu bisa rabun.
Bukannya membuat ibu rabun. Tapi faktanya untuk melindungi ibu supaya tidak tertusuk jarum, dan menjaga keselamatan lainnya.

Ibu dianjurkan minum air panas setiap pagi dan sebelum menyusui. Supaya ASInya tetap hangat.
Minum air putih atau air panas itu sangat baik untuk kesehatan. Jadi hal ini cukup masuk akal.

Minum air rebusan buah pala, asam sundai, air tebu, untuk membuang darah yang buruk/kotor.
Kemungkinan ada zat tertentu yang ada didalam air tersebut yang telah dibuktikan kebenarannya. Sebagai pengganti obat-obat kimia. Karana faktanya obatpun banyak yang berasal dari tumbuhan alam.

Ibu dianjurkan memakai bedak beras pada tubuh dan wajahnya untuk menjaga kehalusan kulit.
Bedak beras memang baik untuk kehalusan kulit. Karna mengandung vitamin E yang tinggi. Tidak ada salahnya jika ibu menggunakannya.

Ibu dilarang potong kuku dan rambut selama nifas.
Ada pertentangan kepercayaan dalam hal ini. Tapi pada dasarnya boleh saja. Selain untuk kebersihan ibu juga untuk kesehatan.

Ibu di anjurkan makan jantung pisang. Untuk memperbanyak produksi ASI.
Mungkin zat dalam jantung pisang tersebut terbukti ampuh dan teruji. Pengganti suplemen dan susu penambah ASI.

Dianjurkan minum yang pahit-pahit seperti rebusan air daun papaya, daun pare, daun bubuik dan jeruk nipis. Bertujuan untuk membuang darah kotor.
Sebaikya diadakan penelitian terhadap hal ini. Kemungkinan hal ini memang benar.

PANTANGAN MAKANAN
Ibu dilarang makan Nangka, Kol, Rebung.
Jika dimakan maka zat yang terkandung didalamnya akan terminum oleh bayi lewat ASI, yang akan mengakibatkan bayi sakit perut.

Ibu dilarang makan daging selama 40 hari.
Jika dimakan anaknya bisa kena penyakit ayan/epilepsi.
Malahan ibu nifas atau menyusui dianjurkan lebih banyak untuk mengkonsumsi protein dan gizi lainnya.

Tidak boleh makan petai dan jengky
Karna akan menimbulkan bau tak sedap pada nifasnya.
Hal ini benar karna makanan tersebut memeng terkenal memberikan bau yang kurang sedap.

Ibu dilarang makan udang. Karna akan menyebabkan gatal/alergi pada bayinya.
Pada sebagian orang protein pada udang memang sering menimbulkan alergi. Tapi variasi protein juga diperlukan dalam menu gizi sehari-hari.

Selesai nifas kira-kira 40 hari, ibu harus mandi wajib. Dan boleh beraktivitas seperti biasa lagi.
Sesuai dengan konsep personal hygiene dan tuntunan agama.

^_^
scherly

Baca Juga...^^Related Post



0 comments:

Posting Komentar

Tukar link yukk...

 

❤✿ CheeliCious ✿❀ Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare