Senin, 14 Februari 2011

Solusio Placenta (tugas askeb)

Posted by Scherly Oktaviani at 10.02
1. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gram.
2. Etiologi
Etiologi dari solusio belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol, penyalah gunaan kokain, umur ibu yang tua.
3. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.




Pohon masalah:
Trauma

Perdarahan ke dalam desidualbasalis

Terbelah & meninggal lapisan tipis pada miometrium

Terbentuk hematoma desidual

Penghancuran plasenta

Ruptur pembuluh arteri spinalis desidua

Hematoma retroplasenta

Pelepasan plasenta lebih banyak

Uterus tidak mampu berkontraksi optimal

Darah mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban

Syok hipovolemik
4. Klasifikasi
a) Menurut derajat lepasnya plasenta
 Solusio plasenta partsialis
→ Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.
 Solusio plasenta totalis
→ Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.
 Prolapsus plasenta
→ Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
b) Menurut derajat solusio plasenta dibagi menjadi :
 Solusio plasenta ringan
→ Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agk sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.
 Solusio plasenta sedang
→ Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang.

 Solusio plasenta berat
→ Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock.
5. Manifestasi Klinis
a) Anamnesis
→ Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
b) Pemeriksaan fisik
→ Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
c) Pemeriksaan obstetri
→ Nyeritekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.
b) Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
c) USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.


7. Komplikasi
a) Langsung (immediate)
 Perarahan
 Infeksi
 Emboli dan Syok Abtetric.
b) Tidak langsung (delayed)
 Couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum.
 Hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
 Nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
 Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
c) Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati konsumtif (kadar fibrinogen kurang dari 150 mg % dan produk degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat janin, kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta (uterus couvelar). Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat badan lahir rendah da sindrom gagal nafas.

8. Penatalaksanaan
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi .
Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri , tidak melakukan senggama , menghindari eningkatan tekanan rongga perut .
Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan . berikan cairan peroral .
Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi / syk akibat perdarahan . pantau pula BJJ & pergerakan janin .
Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah , bila tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal . bila teratsi perhatikan keadaan janin .
Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama . bila renjatan tidak dapat diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal .
Setelah syk teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea .
Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu / taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr . penganganan berdasarkan berat / ringannya penyakit yaitu :
a) Solusi plasenta ringan .
• Ekspektatif , bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti , kontraksi uterus tidak ada , janin hidup ) dengan tirah baring atasi anemia , USG & KTG serial , lalu tunggu persalinan spontan .
• Aktif , bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus , uterus berkontraksi , dapat mengancam ibu / janin ) usahakan partus pervaginam dengan amnintomi / infus oksitosin bila memungkinan . jika terus perdarahan skor pelvik kurang dari 5 / ersalinan masih lama , lakukan seksi sesarea .
b) Solusio plasenta sedang / berat .
• Resusitasi cairan .
• Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah .
• Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam perabdominam bila tidak dapat renjatan , usia gestasi 37 minggu / lebih / taksiran berat janin 2.500 gr / lebih , pikirkan partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama .
9. Prognosis
 Terhadap ibu
→ Mortalitas ibu 5 – 10 % hal ini karena adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus.
 Terhadap anak
→ Mortalitas anak tinggi mencapai 70 – 80 % hal ini tergantung derajat pelepasan dari plasenta.
 Terhadap kehamilan berikutnya
→ Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta, maka kehamilan berikutnya sering terjadi solusio plasenta yang lebih hebat.

Baca Juga...^^Related Post



0 comments:

Posting Komentar

Tukar link yukk...

 

❤✿ CheeliCious ✿❀ Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare